Archive for November, 2008

jakarta

f 29, 2008

jakarta-malam-hariJakarta memang magnet bagi bangsa ini. Dari 8-12 juta penduduk Jakarta, pasti ada salah satu diantaranya yang tercatat sebagai saudara dekat kita, ipar saudara jauh, kenalan yang diaku saudara, seseorang yang kita aku-aku kenal, kenalan tetangga desa atau kenalannya teman jauh kita. Pendeknya, setiap warga negara bangsa ini pasti memiliki seorang yang dapat dijadikan orientasi ketika terdampar di Jakarta. Baik yang kita tahu alamatnya, maupun yang hanya kita ketahui ancar-ancar alamatnya, atau yang hanya kita ingat namanya saja. Baca entri selengkapnya »

makanan anak kos

f 29, 2008

makanan-anak-kosSetidaknya dua kali saya menjadi anak kos di dua kota yang berbeda pula: Solo dan Tegal. Menjadi anak kos di Solo lebih membahagiakan saya. Kami bersembilan belas orang. Sepenanggungan dalam mencari makan setiap hari, namun beda nasib dalam perkara asmara. Pada umumnya kami satu selera dalam soal makan: berbahagia bila mendapat yang enak, murah, banyak. Di Tegal saya lebih menderita. Sebabnya saya tak cocok cita rasa pesisiran yang asin, dan ‘unik’. Baca entri selengkapnya »

baradatu

f 29, 2008

baradatu sore hariBaradatu berada di tepi Jalan Lintas Tengah Sumatera yang menghubungkan Lampung hingga Palembang. Kota kecil ini cukup penting terutama karena menjadi semacam ‘halte’ bagi bus jurusan Rajabasa-Kasui yang melintasi rute tidak kurang dari 200 km, melintasi kota-kota utama di Lampung seperti Bandar Lampung, Natar, Bandar Jaya, dan Kotabumi.  Di kota ini hati saya tertambat: tempat saya dilahirkan, tempat saya bermain menghabiskan masa kecil, tempat saya kini mudik setiap tahun, tempat kehangatan pertama-tama yang mengisi jiwa saya ditaburkan. Baca entri selengkapnya »

tujuh belas tahun tanpa sayur

f 29, 2008

sayuran-hijauTujuh belas tahun pertama hidup saya lalui tanpa sayuran. Saya tida tahu mengapa saya tidak doyan makanan jenis ini. Belakangan saya baru tahu, bahwa kecenderungan untuk tidak suka sayur ini naluriah bagi anak-anak: bahwa tekstur dan rasa sayur secara alamiah tidak disukai anak-anak. Namun saya tak ingin menyerah pada ‘teori’ ini. Sampai berusia tujuh belas tahun saya tak mengalami masalah menjalani hidup tanpa sayur. Oleh sebab pengetahuan, saya mulai mencoba mengakrabi sayur. Apalagi, kalau bukan karena kesehatan. Hidup sehat bagi intelektual dekat dengan adagium: hidup cerdas. Baca entri selengkapnya »

praja muda karana

f 29, 2008

dsc03316Setiap anak sekolah di republik ini adalah seorang Pandu. Motivasi seseorang menjadi Pandu hanya dua kemungkinannya: sukarela atau terpaksa. Disebut terpaksa bila ia menjadi Pandu karena kewajiban sekolah. Sukarela, karena menjadi Pandu bagi seorang bocah begitu membanggakan. Menjadi keyakinan umum dalam diri kami saat itu, bila kami menjadi Pandu berprestasi maka kami akan mudah menjadi polisi, atau tentara. Anda semua tentu tahu, polisi, tentara, dokter, dan insinyur adalah ‘cita-cita yang paling generik diucapkan bocah’ ketika ditanya mimpinya. Pada periode belakangan baru ada yang menjawab: menjadi artis, atau peragawati. Tak ada yang ingin menjadi wartawan, penulis, pemadam kebakaran, atau petani tambak. Baca entri selengkapnya »

ketua kelas

f 29, 2008

anak-sekolahMenjadi ketua kelas lebih banyak tak enaknya, ketimbang bahagianya. Jangan membayangkan ketua kelas adalah jabatan prestisius yang berwibawa dan ditakuti semua warga kelas, apalagi bila ada warga kelas yang bandel, mbadung, dan ‘semacam preman sekolah’. Menjadi ketua kelas justru menjadi beban ketika harus mengakomodasi kepentingan kelas dengan beragam karakternya (jangan menuduh saya mengutip tiga teori utama Marx: kesadaran, kepentingan dan perjuangan kelas, he-he-he). Meski demikian tetap banyak cerita menarik dari posisi ini. Baca entri selengkapnya »