makanan anak kos

f 29, 2008

makanan-anak-kosSetidaknya dua kali saya menjadi anak kos di dua kota yang berbeda pula: Solo dan Tegal. Menjadi anak kos di Solo lebih membahagiakan saya. Kami bersembilan belas orang. Sepenanggungan dalam mencari makan setiap hari, namun beda nasib dalam perkara asmara. Pada umumnya kami satu selera dalam soal makan: berbahagia bila mendapat yang enak, murah, banyak. Di Tegal saya lebih menderita. Sebabnya saya tak cocok cita rasa pesisiran yang asin, dan ‘unik’.

Di Solo, untuk menu pagi dan siang pertama-tama saya berlangganan pada Warung Mbak Wiji di samping kos, tiga menit berjalan kaki. Menu yang hampir setiap hari saya makan adalah omelet telur: telur, terigu, irisan wortel dan daun bawang dibuat omelet. Setahun berlangganan pada Mbak Wiji, entah mengapa ia tak lagi menyertakan omeletnya lagi dalam daftar menunya, sehingga saya memilih hengkang. Pilihan saya kemudian adalah Warung Bu Benk. Disebut Bu Benk karena dahulunya beliau berjualan di depan bengkel. Warung Bu Benk ini hanya buka pukul 09.00 sampai 15.00 saja. Karena sudah kepincut, tak jarang saya harus menahan lapar sarapan pukul 09.00 demi mendapatkan: nasi putih, tumis jamur kancing, sambal pecel sip, dan tumis daun pepaya. Lauknya: dua biji bakwan. Bila awal bulan saya berani mengambil semur ati ampela, ayam kecap, atau lele pedas. Dengan dua biji kerupuk rambak, dan segelas es lemon tea atau es beras kencur yang wangi dan sedap. Semua itu dapat anda nikmati setelah merogoh kocek Rp. 3 ribu hingga Rp. 4 ribu. Sampai hari ini, bila ke Solo dan sempat mampir, saya selalu ke Bu Benk, di belakang Studio Foto Modern Jl. Ir. Sutami. Sekedar informasi, Warung Bu Benk juga pernah diprofilkan sebuah majalah mahasiswa di Solo.

Kemudian jangan lupa: Kantin Sastra UNS. Menu yang ditawarkan khas Solo: gudeg, sambel goreng krecek, koyor kecap, dengan segelas es teh. Makan siang di Kansas tambah nikmat karena di sana berkumpul anak-anak Sastra (Inggris) yang biasanya modis-modis, terkadang terselip satu dua mahasiswi yang menarik. Namun tak sedikit pula mahasiswa/i berkarakter ‘Sastra’: bohemian, nyentrik, jarang mandi, dan bergaya-gaya Chairil Anwar. Bosan di Kansas, saya biasanya ke Kantin FISIP. Menunya nasi pecel atau soto babat. Dengan gorengan yang diberi layanan plus: dipotong kecil-kecil dan disiram saus kacang untuk pecel. Di Kantin FISIP kita harus makan agak cepat. Selain ramai atap kantin terlalu rendah sehingga suasana di dalam sumuk.

Di luar kampus, yang fenomenal ada tiga: Warung Makan Bu Marni di samping kampus dengan menu: bayam rebus, mentimun, sambal tomat, dan telur dadar kecap. Kemudian Warung Pokwe (Jupuk Dewe) di depan kampus dengan 23 menu masakan. Yang saya pilih biasanya: tumis jagung muda, bihun, acar, dan ayam kecap. Terakhir Warung Bambu di dekat Taman Satwa Taru Jurug. Menu yang pernah mengisi perut saya: otak-otak (sapi), sambel bakso, tumis jagung-buncis, bakwan, dan tempe tepung. Ada lagi yang laris manis, namun saya jarang makan bila tak diajak teman: Warung Makan Jl. Tejo. Tak ada menu yang menarik di sini bagi saya sehingga saya pun tak ingat. Di depan kampus ada pula Warung Mbak Tea. Saya biasa makan pecel, dan tempe tepung di sini meski jarang.

Menu malam: Nasi Goreng Pak Botak belakang kampus. Nasi gorengnya jumbo, namun lebih mahal Rp. 5 ribu. Menunggunya agak lama. Kemudian nasi goreng madura di depan Hotel Bintang. Nasi goreng murah, Rp. 2 ribu pakai telur dadar bisa dibeli di Depan BNI (lama). Untuk ukuran harga sebandrol itu, nasi goreng yang akan kita santap tak lebih dari cita rasa saos-tomat murahan yang pekat. Nasi goreng murah lain di Ngoresan, dekat Pondok Ar Royan. Harganya Rp. 2,5 ribu. Rasa utama yang akan kita nikmati adalah aroma bawang putih mentah. Soalnya dimasak dengan cara: nasi putih sepiring, bawang putih digeprak, kemudian dimasukkan bersama-sama dalam wajan. Ditambah kecap, saos sambal-kecap murah, dan penyedap rasa. Meski demikian warung ini selalu ramai, terutama karena murah.

Jangan lupa dengan angkringan. Wong Solo menyebutnya hik. Hik pertama-tama: Hik Yono dan Tono. Mangkal di depan Studio Foto Modern. Menu saya: nasi kucing dua atau tiga pincuk, bakwan, tahu bacem, sate gajih, es lemon tea. Hik lain ada di boulevard depan dan belakang kampus. Hik Nuno di samping Warnet Hawaii. Hik di Boulevard STSI. Atau Hik Solagratia di Jalan Guntur.

Malam-malam lapar? Tunggu saja suara berisik roda gerobak Sate Madura yang beroperasi hingga larut malam. Masih lapar? Pinjam motor teman, meluncurlah ke Bilangan Ngoresan. Ada Warung Burjo terkenal. Menunya: bubur kacang hijau, boleh pakai es. Atau Indomie goreng, dan bakwan. Gorengan lain: tempe tepung dan molen pisang, molen nanas, dan molen kacang hijau dilirik saja. Harga di Warung Burjo terkenal lebih mahal dibanding warung-warung mahasiswa lainnya.

Ps: harga-harga dalam posting ini berlaku antara 2001-2005.

Gambar diunduh dari: opinimasyarakat.com

18 Tanggapan to “makanan anak kos”

  1. ressay Says:

    wah ngobrolin makanan.

    Cuman kalau aku pribadi pulang ke tegal, ada dua makanan wajib yang harus aku santap. Kalau gak, bakal keingetan terus ma rumah.

    1. SOTO Tegal
    2. Sayur Asem racikan ibuku.

    oh, my favorite food. i miss u.

    nyari gituan di solo susah atau mungkin kagak ada.

  2. semuayanggurih Says:

    wah, mas mpep, sempet ya cari rasa. waktu saya masih jadi anak kos, yang penting adalah kuantitas, bukan kualitas, hehe… maklum, harus ngirit. dan jatah makan rada mewah berkebalikan dengan jatahnya pegawai, bukan di awal bulan, tetapi di akhir bulan, karena pas akhir bulan itu ada duit sisa yang bisa dipake buat memanjakan diri. enaknya, menu bisa sesuai pilihan kita. duh, mengenang romantisme masa lalu memang selalu menyenangkan. i love college…!!!

  3. masmpep Says:

    @ ressay:
    kalau soto, saya pernah coba soto semarang (kuah bening-agak pekat), soto solo (kuah bening), soto sokaraja (purwokerto; ditambah sambal pecel), sauto (soto tegal; pakai tauco) , soto banjarnegara (pakai santan, lebih mirip opor), soto lamongan (ditaburi koya: kerupuk udang giling), dan soto (yang dibuat di) lampung (lampung gak punya tradisi soto, karena di lampung banyak perantau asal jawa, cita rasa soto lampung senada dengan soto semarang). dari dunia persotoan ini, saya masih penasaran dengan: soro kudus, soto betawi (katanya pakai santan dan susu), soto banjar dan cotto makassar (kabarnya orang makassar tidak pernah menganggap cotto sebagai ‘soto’, melainkan jenis makanan tersendiri).

    dari antara soto-soto yang ada: saya kepincut soto semarang, soto lampung, dan soto lamongan.

    @ semuayanggurih:
    adagium: ‘murah’, dan ‘banyak’ juga saya imani. di samping ‘murah dan banyak’ itu, saya tambah-tambahi saja cerita perkara mengganjal perut saat mahasiswa, sehingga soal-soal makan menjadi agak-agak filosofis, abstrak dan sophisticated, he-he-he.

  4. ressay Says:

    beuh…kamu pantes menggantikan pembawa acara wisata kulinter.

    Mak nyus…

  5. wanto_click Says:

    MAs, cobain lengko Tegal enax lhow, mak nyuzzzzzzzz

    kirim k AL FISTHA donkz,,, telor asin jg gpp,,,,

    buka blog ku jg wantoclick.wordpress.com tp lum aku isi hahahahahaha

  6. agam_cool Says:

    wah mas sy skrg mkn di mba tea…klo sklrg hrgx 5rb,ntu nasi pecel telor, gorengan 1 sm teh tawar panas….
    oia mas sy tambahin beberapa referensi bwt ank kos di daerah uns yaitu pos kamling di Gg.tejo,ands mba sri di ngoresan….soal hrg jgn ditanya,soal rasa gak bakal nyesel..

    oia pgn neh nyobain mknn di daerah pesisir…

  7. Rizqi Says:

    Wahh… asyik banget penglaman jadi anak kost-nya!
    bandingkan dengan kami yang di ciputat, makan nasi sehari sekali dan sekali lagi hanya mie instan. bahkan kalau lagi kanker hanya makan mie saja mas, so sampe2 kawan saya mie-nen!! ada juga yang menyebut tempat kost kami itu “noddle country”. mudah-mudahan ini tidak mengendurkn semangat kami..

  8. masmpep Says:

    @yasser:
    saya memang peminat wisata kuliner. bahwa makanan bukan sekedar urusan perut, tapi telah menjadi budaya dan tradisi. mari kita jadikan kuliner sebagai ilmu baru.

    @wanto:
    lengko? ya, ya. pernah coba. lengko adalah modifikasi dari tradisi pecel yang hidup di jawa (tengah-timur), karedok (bandung), dan gado-gado (betawi). tapi saya lebih suka pecel yang sebenarnya hidup dengan dua garis: jawa tengah dan jawa timur. pecel jawa timur tumbuh di blitar dan sekitarnya, madiun dan sekitarnya, serta surabaya dan sekitarnya. pecel jawa tengah bisa dirujuk dari pecel solo. pecel atau gado-gado? saya pilih gado-gado.

    @agam
    kalau saya menyebut warung jl. tejo yang terbayang memang dua. satu di pos kamling. satu lagi di ujung gang. kalau warung mbak sri ngoresan, saya belum tahu. cuma di ngoresan saya suka beli gado-gado di warung tepat di tusuk sate jalan ke asrama mahasiswa. apakah itu warung mbak sri?

    makanan pesisir? coba aja. siapa tau cocok. cara paling gampang mencoba: datang saja ke warung tegal. biasanya warungnya berbentuk petak, 4 x 6 m atau lebih. bercat biru, soalnya mereka ingin selalu merasa di pesisiran (baca: laut) dimana saja mereka tinggal. masakan tegal di warung tegal yang selalu ada ponggol, yakni tumis tempe dipotong dadu agak nyemek. aroma gurih bawang putihnya kental, dipadu asin khas pesisiran.

    @rizky
    saya menyukai mie. kapan-kapan saya posting tulisan seputar mie. tapi untuk menu harian saya harus menahan diri. kalori mie instan sampai 500 kkal, gak bagus untuk diet 2000 kkal/hari. lagipula saya makan mie harus tetap pakai nasi, paling tidak satu centong.

    saya pernah main ke kos seoarang kawan di jogja selama tiga malam. mereka punya stok mie rebus instan dan sawi segar cukup banyak. setiap kali waktu makan saya dijamu mie rebus dengan sawi yang banyak. sebagai ‘tamu’ saya menerima dengan senang hati suguhannya. tapi hari kedua saya melarikan diri ke warung padang, ha-ha-ha.

  9. WAWAN Says:

    wah..jadi kangen makan di solo nih…
    bu benk, mbak wiji, eh bu prapto ama bu ratin mana??? emang gak pernah makan di sono ya..standart sih menunya (kata lain for gak enak).
    pep…gimana klo bikin web khusus alfista, berisi foto2 jadul ampe sekarang kan banyak tuh alumninya. biar pada upload ntar. kowe sebagai pegawe negri tentunya punya banyak waktu tuk mewujudkan itu (sedikit maksa nih…). ntar aku ada beberapa kerabat angkatan jaduuul yang siap bergabung nih.

  10. masmpep Says:

    @ mas wawan.
    Bu Prapto dan Bu Ratin? pernah sih. karena gak spesial ya, jarang ke situ. Bu Ratin suka dipanggil Emak. sekarang berkacamata. warungnya juga pindah di pas di ujung pertigaan Jalan Mendung 3, dekat jalan tikus mau ke Teknik. warungnya namanya ‘Mak Corner’. Kalo Bu Prapto sekarang sudah gak buka lagi. sebabnya gak tau juga.

    blog alfisther? boleh tuh. biar mas joko aja yang buat. dia lebih sip teknologinya. lagipula dia kan di kantor bagian humas. jadi bisa menghumasi alfisther. gimana pak joko?

  11. joko bond Says:

    mas wawan jangan lupa…warung si mbah…enak,murah,banyak…gak percaya,kita aja bingung makan pake ayam yg dagingnya seh mirip2 ayam kampung…harga masih di bawah 5000 rp…kl ada cerita lain di balik daging ayam itu kita seh berpegangan aja pada “kita kan gak tau…” hehehe…setuju silahkan digawe ya mpeb webnya alfistha…wah cape kl aq yg gawe secara di kantorku masih pake telkomnyet instan…tau ndiri gmn speednya…pdhl speedy dah masuk seh…gak tau jg tuh knp gak pasang speedy…

  12. masmpep Says:

    @ mas joko bond
    si mbah? di sebelah mana tuh mas? memang di solo makanan demikian murah. orang-orang baru seringkali kaget. ibuk saya juga pernah berpikir empatik: ini yang jual apa gak rugi. ayam begini murah jangan-jangan ayam mati, ha-ha-ha.

    web alfistha? soalnya kalo saya gaptek mas. buat blog aja masih amatir. untuk sementara lewat blog ini aja. saya mbayangin kalo alfisther pada muncul via blog ini, mungkin lebih rame. temen-temen bisa jadikan blog ini tempat ngumpul. tapi beberapa aku sms belum muncul2 juga….

  13. torik huda k Says:

    bang kalau ada petunjuk atau hal yang bisa dikerjakan kirim ke @mail j y?saya blm buat blog masih belajar buat facebook.

  14. Aditya_jelek Says:

    Warung2 sekitar kos2an gang Mendhung mang buanyak n murah.
    @Febri: Data2 alumni Alfistha masih punya? bagi ya…..
    @Mas Wawan: Masih kontak ma Alumni Jadul Mas?
    Hidup Alumni Alfistha dimanapun berada…..:)

  15. masmpep Says:

    @aditya(memang)_jelek
    data alumni alfistha? waduh. paling yang inget temen-temen seangkatan. anak-anak yang sekarang sudah pada gak inget. lagipula mereka gak lama di alfistfa sampe lulus. paling cuma satu-dua tahun aja…

  16. baygon Says:

    untuk sementara sebelum ada web Alfistha, di FB sudah ada grup ALFISTHA COMMUNITY
    silahkan bergabung…

  17. BAYGON.94 Says:

    Info: utk sementara sebelum ada web alfistha…di facebook sdh ada grup ALFISTHA COMMUNITY…utk alfisther diseluruh indonesia silakan bergabung skg utk menjalin kembali tali silahturahmi yg sempet putus…thanx bro.

  18. GadgetsCamp Says:

    Murah makan diwarung cuma 4000 gitu


Tinggalkan Balasan ke WAWAN Batalkan balasan